Rabu, 18 Desember 2013

Jalur Kereta Api Pertama di Indonesia



            


Pembanguan jalur kereta api pertama di Indonesia yang dibangun pada masa colonial Belanda, terdapat di Pulau Jawa. Jalur rel yang dibangun untuk pertama kali itu menghubungkan Desa Kamijen dengan Desa Tanjung ( Semarang Jawa Tengah )sepanjang 25 kilometer. Pembangunan rel kereta api  ini ditandai dengan pencangkulan pertama oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van Den Beele (  17 Juni 1864 ).
Pembangunan jalur rel kereta api ini merupakan prakarsa dari perusahaan kereta api Hindia Belanda, Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorwe Maatschappij ( NV NISM )yang dipimpin oleh Ir. J. p. de Bordes. Jalur kereta api ini dibuka untuk umum tanggal 10 Agustus 1867. Jalur kereta api yang pertama dilanjutkan hingga sampai Yogyakarta dan Solo. Keberhasilan pembangunan jalur kereta api di Pulau Jawa ini, dilanjutkan pada daerah-daerah lainnya di Indonesia, seperti pembangunan  jalur kereta api di Pulau Sumatera dan Sulawesi, namun di Pulau Kalimantan belum berhasil dibangun jalur kereta api.
Di Sumatera, pembangunan jalur kereta api dilakukan di Sumatera Selatan (1914), Sumatera barat(1891), Sumatera Utara (1886), Aceh (1874). Pada Tahun 1922 di Sulawesi Selatan juga telah di bangun jalur kereta api sepanjang 47 kilometer yang menghubungkan Makasar dengan Takalar. Jalur Makassar-Takalarini mulai dioprasikan tanggal 1 Juli 1923. Selanjutnya dibangun jalur Makassar-Maros (namun belum selesai). Sementara itu, di Pulau Kalimantan belum sempat dibangun jalur kereta api, tetapi studi kelayakan telah dilakukan sepanjang 22 kilometer antar Pontianak-Sambas. Hingga tahun 1939, jalur kereta api yang telah dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda di Indonesia mencapai panjang 6.811. Namun hingga tahun 1950, jalur kereta api itu menyusut menjadi 5.910 kilometer. Penyusutan ini terjadi lebih dari 901 kilometer  jalur kereta api itu hilang. Hilangnya jalur kereta api ini diduga dibongkar oleh pasukan Jepang dan diangkut ke Myanmar untuk pembangunan jalur kereta api di sana. Pada masa pendudukan Jepang, pembangunan jalur kereta api dilakukan antara bayah-Cikara (Banten) sepanjang 83 kilometer, kemudian dilakukan pembangunan jalur Muaro-Pakanbaru sepanjang 22 kilometer. Pembangunan jalur kereta api yang dilakukan pada masa kedudukan Jepang ini mengerahkan tenaga romusha atau pekerja paksa dan banyak menelan korban.
SetelahIndonesia merdeka (17 agustus 1945), karyawan kereta api yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api ( AMKS )mengambil-alih perusahaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah ini terjadi tanggal 28 September 1945 dan kemudian diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia. Hari pentingdengan pembentukan Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI).
Sejak Indonesia merdeka, perkembangan perkeretaapian di Indonesia semakin bertambah pesat, walaupun telah berkali-kali mengalami perubahan nama perusahaan yang mengolanya seperti menjadi Perusahaan Negara kereta api (PNKA, 25 Mei 1963),selanjutnya menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA, 15 September 1971), dan tanggal 2 Januari  diubah namanya menjadi Perusahaan Umum Kereta Api ( PERUMKA ).
Untuk mempersingkat waktu dan mempercepat jarak tempuh, maka Perumka dengan persetujuan pemerintak Republik Indonesia mengoperasikan kereta cepat. Oleh karena itu, pada bulan Agustus 1995 penggunakan kereta api cepat yang dinamakan Argo Bromodan Argo Gede telah diresmikan oleh Presiden Soeharto. Untuk menanggapi kebutuhan akan kereta api yang semakin tinggi, Perumka yang pada tanggal 1 Juni 1999 menjadi PT (Persero) Kereta Api Indonesia meluncurkan kereta api penumpang yang baru sperti Dwipangga, Mahesa, dan Sancaka.

source : http://theotherofmyself.wordpress.com/2012/02/06/perkembangan-sistem-transportasi-sarana-transportasi-darat/

Senin, 16 Desember 2013

Matinya Jalur Kereta Tuban Jawa Timur



Jalur kereta api mati di Indonesia mengacu kepada jalur kereta api yang dahulu pernah ada dan digunakan sebagai angkutan penumpang dan/atau angkutan barang, namun sekarang sudah tidak difungsikan lagi, dan di beberapa tempat, bahkan sudah tidak ada bekas-bekasnya lagi.

Stasiun Tuban Yang Sudah Ditutup




Stasiun Tuban adalah stasiun kereta api non-aktif yang berada di Tuban, Tuban. Stasiun ini dahulu merupakan stasiun paling ujung di jalur kereta api Babat-Tuban. Dahulu, stasiun ini melayani kereta api angkutan penumpang maupun barang. Setiap hari stasiun ini melayani 2x kereta api Babat-Tuban pp. Kereta itu dahulu mememakai lokomotif uap. Memasuki tahun 1970an, lokomotif uap diganti oleh lokomotif diesel hidraulik seperti D300 atau D301. Namun karena kalah bersaing dengan moda transportasi lainya dan juga karena prasarna yang sudah tua, maka stasiun dan jalur ini ditutup pada tahun 1989. Sisa-sisa jalur ini telah banyak berubah fungsi. Saat ini stasiun Tuban tak terpakai sama sekali, namun masih milik PT KAI. Dahulu sekali, pernah ada wacana jalur ini mau diperpanjang sampai Lasem, Rembang. Saat itu Stasiun Lasem sudah ada tinggal pembangunan jalur ka nya saja. Kontruksinya sudah mulai. Namun, begitu sampai Merakurak, rel yang mau dipasang selalu amblas, sehingga hanya sampai Merakurak. Namun sebelum sempat dilayani kereta api regular, proyek itu dibatalkan. Sehingga jalur ka ke Merakurak ditutup lebih awal.
 

 
Jalur Kereta Yang Membelah Sungai Begawan Solo II

Jalur Kereta Yang Membelah Sungai Begawan Solo II

Pintu Loket Stasiun Tuban

Jalur Rel Kereta Yang Sudah Hilang Di Telan Tanah

Jalur Kereta Yang Menujuh Stasiun Plumpang


Stasiun Tuban

Kondisi Rel Yang Tertutup Bangunan


Semoga rencana realisasi penghidupan rel kereta api dan stasiun di tuban aktif kembali, agar memudahkan warga tuban menggunakan transportasi yang sangat gagah ini mengitari, Rembang, Jombang, Babat, Malang, Bojonegoro dengan kereta api.

Saya Ucapkan Terima Kasih Untuk informasi & Gambarnya Maaf Saya Ijin Posting Di Blog Ini

Sumber :

http://www.semboyan35.com/printthread.php?tid=328&page=10

id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Tuban


Sejarah Kereta Api






Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Samarang-Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.


Selain di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak -Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.

Kereta api pertama di Indonesia dibangun tahun 1867 di Semarang dengan rute Semarang - Tanggung yang berjarak 26 km oleh NISM, N.V. (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij) dengan lebar jalur 1.435 mm (lebar jalur SS - Staatsspoorwegen adalah 1.067 mm atau yang sekarang dipakai), atas permintaan Raja Willem I untuk keperluan militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang. Kemudian dalam melayani kebutuhan akan pengiriman hasil bumi dari Indonesia, maka Pemerintah Kolonial Belanda sejak tahun 1876 telah membangun berbagai jaringan kereta api, dengan muara pada pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya. Semarang meskipun strategis, tetapi tidak ada pelabuhannya untuk barang, sehingga barang di kirim ke Batavia atau Soerabaja.
Gambaran keadaan kereta api di Indonesia pada masa djaman doeloe perlu dilestarikan, sehingga generasi mendatang bisa menghayati dan betapa pentingnya pembangunan kereta api. Memang pada masa itu nama kereta api sudah tepat, karena kereta dijalankan dengan api dari pembakaran batu bara atau kayu. Sedangkan sekarang sudah memakai diesel atau listrik, sehingga lebih tepat kalau disebut kereta rel, artinya kereta yang berjalan di atas rel dengan diesel ataupun listrik. i
Informasi tahun 1875 - 1925 mungkin sudah susah dijumpai di perpustakaan, oleh sebab itu uraian ini sangat tepat dan perlu diinformasikan kepada generasi muda.

Pengembangan jaringan rel kereta api 1875 - 1925 dalam 4 tahap, yaitu:
             1875 - 1888,
             1889 - 1899,
             1900 - 1913
             1914 - 1925.

Jaringan setelah tahun 1875 hingga tahun 1888
Pembangunan Tahap I terjadi tahun 1876-1888. Awal pembangunan rel adalah 1876, berupa jaringan pertama di Hindia Belanda, antara Tanggung dan Gudang di Semarang pada tahun 1876, sepanjang 26 km. Setelah itu mulai dibangun lintas Semarang - Gudang. Pada tahun 1880 dibangun lintas Batavia (Jakarta) - Buitenzorg (Bogor) sepanjang 59 km, kemudian dilanjutkan ke Cicalengka melalui Cicurug - Sukabumi - Cibeber - Cianjur - Bandung. Pada tahun 1877 dibangun lintas Kediri - Blitar, dan digabungkan dengan lintas Surabaya - Cilacap lewat Kertosono - Madiun - Solo, dan juga lintas Jogya - Magelang.
Hingga tahun 1888 jaringan rel terbangun adalah:

             Batavia - Buittenzorg - Sukabumi - Bandung - Cicalengka
             Batavia - Tanjung Priok dan Batavia - Bekasi
             Cilacap - Kutoarjo - Yogya - Solo - Madiun - Sidoarjo - Surabaya
             Kertosono - Kediri - Blitar
             Sidoarjo - Malang dan Bangil - Pasuruan - Probolinggo
             Solo - Purwodadi - Semarang dan Semarang - Rembang
             Tegal - Balapulang

Jaringan setelah tahun 1889 hingga tahun 1899 Hingga tahun 1899 jaringan rel terbangun adalah:
             Djogdja - Tjilatjap
             Soerabaja - Pasoeroean - Malang
             Madioen - Solo
             Sidoardjo - Modjokerto
             Modjokerto - Kertosono
             Kertosono - Blitar
             Kertosono - Madioen - Solo
             Buitenzorg (Bogor) - Tjitjilengka
             Batavia - Rangkasbitung
             Bekasi - Krawang
             Cicalengka - Cibatu (Garut) - Tasikmalaya - Maos - Banjarnegara
             Cirebon - Semarang dan Semarang - Blora
             Yogya - Magelang
             Blitar - Malang dan Krian - Surabaya
             Sebagian jalur Madura

Jaringan setelah tahun 1899 hingga tahun 1913 Hingga tahun 1913 jaringan rel terbangun adalah:
             Rangkasbitung - Labuan dan Rangkasbitung - Anyer
             Krawang - Cirebon dan Cikampek - Bandung
             Pasuruan - Banyuwangi
             Seluruh jaringan Madura
             Blora - Bojonegoro - Surabaya

Jaringan setelah tahun 1813 hingga tahun 1925 Hingga tahun 1925 jaringan rel terbangun adalah:
             Sisa jalur Pulau Jawa
             Elektrifikasi Jatinegara - Tanjung Priok
             Elektrifikasi Batavia - Bogor:
             Sumatera Selatan: Panjang - Palembang dan
             Sumatera Barat: sekitar Sawahlunto dan Padang
           Sumatera Utara: Tanjung Balai - Medan - Pematangsiantar; dan Medan - Belawan - Pangkalansusu.
             Sulawesi: Makasar - Takalar dan rencana Makasar - Maros - Sinkang
             Sulawesi Utara: rencana Manado - Amurang
             Kalimantan: rencana Banjarmasin - Amuntai; dan rencana Pontianak - Sambas.

Untuk Kalimantan dan Sulawesi tidak terlaksana karena baru akan dimulai dibangun tahun 1941 dan Perang Dunia II meletus.
Masa Pembangunan Stasiun Berikut daftar stasiun besar:

1.            Stasiun Karanganyar - 1875
2.            Stasiun Jakarta Kota - diresmikan 1929
3.            Stasiun Tanjung Priok - 1914
4.            Stasiun Gambir (dulu Weltevreden) - 1914
5.            Stasiun Jatinegara (dulu Meester Cornelis)
6.            Stasiun Manggarai - 1969
7.            Stasiun Pasar Senen - 1916
8.            Stasiun Cikampek - 1894
9.            Stasiun Bogor - 1880
10.          Stasiun Bandung - 1887
11.          Stasiun Yogyakarta - 1887
12.          Stasiun Solo Balapan - 1876
13.          Stasiun Semarang Tawang - 1873
14.          Stasiun Cirebon - 1920
15.          Stasiun Madiun - 1897
16.          Stasiun Purwokerto - 1922
17.          Stasiun Malang - 1941
18.          Stasiun Surabaya Kota - 1878 dan renovasi 1911
19.          Stasiun Surabaya Gubeng - 1913
20.          Stasiun Pasar Turi - 1938

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_perkeretaapian_di_Indonesia

Salam Kenal



Salam Kenal, Salam Pecinta Kereta Api Se Pulau Jawa,

Blog ini saya pesembahkan untuk berbagi tentang Kereta Api Indonesia Yang Berada Di Pulau Jawa, mulai dari Merak hingga Banyuwangi, Baik sejarah ataupun tentang kereta lah pokok nya. Dan untuk temen - temen yang Link saya pakai untuk menambahkan informasi di blog ini saya mohon maaf, karena blog ini di buat hanya untuk informasi dan menambah pengatuhan biar kereta api di indonesia lebih maju dan Nyaman. Hidup Perkereta Apian Indonesia, Somga Selalu Jaya Di Atas Rel...

Salam Untuk Pengemar Kereta Api Se Indonesia,

Camcul Adi